Sosok Ibu adalah penentu Emosi di dalam keluarganya, ya inilah peran mulia seorang ibu di rumah 🙂 Misal, suami pulang kantor dalam keadaan stress. di tekan sama atasan, dikhianati rekan kerja, atau ditipu costumer..
lalu anda datang dengan perasaan hangat dan bahagia.. memeluk suami anda. percayalah... pelukan anda itu mampu mengisi ulang energi suami.
atau anak anda pulang dari bermain, pulang dalam keadaan menangis karena di Bully teman-temannya. lalu dengan hangat anda menanyakan kabar dan mendengarkan curhatannya...
anda tak perlu bertanya detailnya, anda peluk anak anda dengan perasaan hangat dan bahagia...
percayalah, emosi anak anda akan lebih cepat pulih dengan sendirinya.
Bayangkan anak dan suami anda berangkat keluar rumah di pagi hari dalam kondisi emosi "Full Charge".
pikiran mereka bersinar, energi mereka terperbaharui, dan siap kembali menghadapi segala tantangan di luar belantara sana.
maka prestasi demi prestasi bisa mereka raih dalam hidup. itu berkat anda loh Bunda.
ya, memang seperti itu peran Bunda. di balik segudang pekerjaan rumah (mungkin juga kantor), anda juga adalah "Power bank" bagi emosi anggota keluarga.
Bukan sebuah kebetulan sosok perempuan sering dibilang sebagai makhluk emosi.. karena sumber kebahagian bagi seluruh anggota keluarganya.
cuman kan masalahnya, Bunda juga manusia. punya perasaan... (cieh..)
yang gak mungkin perasaannya bahagia terus terusan....
banyak juga kerikil dan duri di sepanjang hari yang di laluinya...
Bunda juga bisa sedih, marah, dan lelah...
Bunda juga butuh di peluk, dihangatkan, dan dikuatkan saat perasaannya mulai "lowbat"...
dan seringkali ketika hal ini terjadi, Bunda sedang sendirian di rumah... karena suami di kantor dan anak sekolah diluar... Jarang ada yang mengetahuinya. (bener gak Bun?).
ingin rasanya Bunda curhat sama suami.. atas masalah yang sedang dialami
dan saat sore hari datang, suami pulang kerja. kembali dalam kondisi lelah...
Bunda gak tega untuk cerita...,
takut masalah Bunda semakin membebani suami yang keliatan kelelahan itu
padahal sebetulnya Bunda butuh untuk cerita... karena itulah proses seorang wanita untuk menyembuhkan kegalauan batinnya..
akhirnya Bunda pendam sendiri beban perasaan dan emosi ini...